Senin, 07 Desember 2015

Gomawo Mbata

Terima kasih, karena dulu kau pernah mementingkan tidurku. Kau suruh mereka diam agar aku tak bangun dari lelapku. Lalu kau duduk dekat kakiku seperti ingin menjagaku lebih dekat. Hingga aku mengikat hatiku atas namamu … Terima kasih, kala mereka memarahiku merokok, tanganmu justru menyodorkan aku sebatang rokok. Aku tak lupa kau tersenyum pula saat memberinya. Tak lagi aku merasa berbeda. Tak lagi aku merasa dikotakkan sebagai manusia. Kau tak masalahkan jalanku. Hingga aku memalingkan hatiku atas sosokmu … Terima kasih, kala umpatan dan makian keluar lancar dan begitu saja dari mulutku, kau tak keberatan sedikitpun. Kala mereka menggelengkan kepala, kau justru menganggukkan kepala sambil tersenyum. Sejak itu aku tak lagi takut jadi diriku. Aku tak perlu lagi mengubah arah hidupku. Hingga ku tetapkan hatiku atas arahmu … Terima kasih, meski hanya sebuah Lolipop yang kau sodorkan dulu, bagiku itu adalah hal termanis yang pernah dibuat seseorang untukku. Aku tak peduli itu hanya kebetulan atau memang kau tahu rasa apa yang ku suka. Lollipop itu adalah lollipop termanis untukku. Rasanya aku tak ingin melumatnya, ku simpan sebagai kenangan termanis semanis lollipop darimu. Tapi maaf, aku tak sanggup menahan nafsu untuk menghabiskannya … Terima kasih, kau masih menggenggamku meski kita ada dalam cibiran mereka. Kau tak melepasku meski kita hidup dalam semua sindiran mereka. Kau pertahankanku meski kita harus tak pedulikan mereka. Bagimu, kita dan perasaan kita yang lebih penting dari mereka. Biarlah mereka menghakimi kita, biarlah mereka ludahi ikatan kita. Mereka tak pernah tahu bahwa semua yang kita lewati sesulit apa … Terima kasih, kau mau terima semua ketidakwarasan ini. Aku yang ceria bisa saja tiba-tiba berhamburan air mata. Aku yang bahagia bisa saja tiba-tiba marah-marah tak beralasan. Aku masih kekanak-kanakan memang. Aku selalu berkhayal. Aku punya halusinasi. Aku punya dunia sendiri, dunia yang ku bangun dengan semua mimpi. Aku bahkan sering bicara dengan benda mati. Aku selalu bersimpati pada benda mati. Dengan semua kegilaan itu kau malah tak peduli … Terima kasih …

Tidak ada komentar: