Senin, 07 Desember 2015

LOST PASSION

Seketika semuanya jadi tak sama lagi. Bahkan angin tak mampu membawa sejukku kembali. Bagaimana caranya tertawa aku lupa. Ini lebih dari sekedar hampa. Ini lebih dari sekedar monoton dan monochrome. Apa kau tahu aku tiba-tba lenyap. Langkahku tak terdengar meski tengah berlari. Gigi-gigi yang gemeretuk menahan dingin. Kuduk yang merinding sedenting jam dinding. Aku mengelabuimu. Aku pandai menipu orang. Ada apa sebenarnya. Tak ada salju di sini, di sekitar kita. Tak ada bongkahan es yang membuat kita saling dingin. Ah pekat, arahku dan arahmu menghitam dalam jala laba-laba. Tak juga kau temukan kompas. Tak juga ku temukan peta. Kita seperti orang linglung yang ingin tersesat. Menjauh dari hingar-bingar yang pengap melekat. Saling menabrakan kaki. Berlindung kita pada kehangatan ujung jari. Kau tak menggigil namun bibirmu kelu dan biru. Kau tersenyum aneh sebagaimana anak-anak yang meminum tinta dari botol. Ah sudahlah. Aku saja yang terlalu konyol. Terlalu peduli pada semua hal yang membayang-bayangi kita. Peduli pada angin yang bisa saja menyilet kulit. Pada titik-titik uap air yang mungkin saja menikam pori-pori kita. Aku begitu pedulikan segala. Segalanya. Karena aku takut. Segalanya itu akan mengakhiri kita.

Tidak ada komentar: