Sekali lagi aku hanya bisa berlindung dalam gelapku.
Dalam malam di saat mereka yang lain nyenyak dalam lelapnya. Pertama aku tak
mengerti apa yang membuatku tak bisa tidur meski aku telah menguap berulang
kali. Kemudian akhirnya aku mulai paham ketika file-file yang tersembunyi dalam
benakku terbuka dengan perlahan. Di dalam file-file tersembunyi itu ada sebuah
folder yang tersembunyi. Di folder yang tersembunyi itu ada sebuah cerita kecil
yang masih tertata rapi meski tersembunyi.
Perlahan cerita kecil itu bercerita
tentang dua orang yang seharusnya tak pernah bertemu dengan semua
kebetulan-kebetulan itu. Cerita kecil yang menyimpan penyakit akut besar yang
tersembunyi. Namun tetap saja aku terus menikmati cerita kecil itu bercerita.
Entah berapa
bulan yang lalu. Saat itu aku terjebak dalam kesibukan penerimaaan Mahasiswa
Baru. Saat itu aku yakin kau pun terjebak di hal yang sama. Karena tanpa hal
yang sama itu kita tidak akan bertemu dengan kebetulan. Kebetulanlah yang
menarik kita di saat-saat itu. Saat aku sedang mengecat bambu. Saat kau sedang
memegang kamera yang tergantung di lehermu. Saat aku bermain-main dengan cat
hitam di jemariku. Saat kau mengarahkan lensa kamera ke arahku. Saat aku sedang
tersenyum dengan hasil pengecatanku. Saat kau mengambil potretku tanpa ku
sadari. Saat aku kesal mengetahui kau mengambil potretku. Saat kau terkejut aku
begitu kesal pada hasil potretmu. Saat aku mendekatimu dengan sikap jutekku.
Saat kau meyakinkanku akan menghapus hasil potretmu. Saat aku puas melihat
potretku kau hapus. Saat kau kemudian tersenyum. Saat itulah dengan secara
kebetulan aku mulai memperhatikanmu.
Entah
beberapa hari kemudian. Kita dengan kesibukan luar biasa kita. Dengan celana
dan kaos bahkan kemeja hitam, kita menatap wajah-wajah polos dan lugu itu
dengan kesal. Aku mencarimu. Seukir senyum yang membuatku candu. Di antara
puluhan orang-orang yang melintas di depanku. Di antara warna hitam yang
membuana di penglihatanku. Aku mencarimu. Di sudut ini. Di sudut itu. Di antara
para penguasa tahta kerajaan hitam kita. Di antara para cecunguk-cecunguk hitam
yang bercanda. Rupanya kau di sana. Duduk di anak tangga sambil melihat-lihat
hasil potretmu. Aku melihatmu, dan anehnya itu cukup bagiku.
Entah
beberapa lama kemudian. Kita bertemu di saat perut kita kosong dan kita begitu
terlihat sangat lelah. Kita makan di tempat yang sama, meskipun berada dalam
kejauhan. Dan sebuah kebetulan itu terjadi. Kebetulan yang seharusnya tak
pernah terjadi. Kebetulan yang membuatku semakin hafal wajah dan senyummu.
Kebetulan yang membawa kita pada saat-saat itu. Saat dimana kau beranjak lebih
dulu dari tempat kita makan. Saat dimana aku memandangmu pergi melintas di
depanku. Saat dimana kau mulai memijakkan langkahmu pada anak-anak tangga. Saat
dimana aku tak sengaja melihat scraftmu tertinggal tepat di sampingku. Saat kau
tak menyadari telah kehilangan. Saat aku mulai digoncang oleh keraguan. Saat
kau tetap pada ketidaktahuanmu. Saat aku melipat scraft itu dan menyimpannya ke
dalam tasku. Saat kau mulai sibuk dengan bidikan kameramu. Saat aku pergi
bersembunyi di ujung sebuah kelas. Saat kau masuk ke dalam kelas itu. Saat aku
terkejut dan tak sempat menyembunyikan rokok di tanganku. Saat kau memandangku
dengan kaget. Saat aku tak mampu bersuara. Saat kau tak tahu mau bicara apa.
Saat itu aku terpikirkan tentang sraftmu. Saat kau akan berbalik pergi. Saat
itulah ku hentikanmu dan mengembalikan scraftmu walau sebenarnya ada sebagian
dari diriku yang tak ingin melakukannya. Saat kau tersenyum melihat scraftmu itu.
Saat itulah aku benar-benar semakin candu akan senyummu. Saat kau menanyakan
namaku. Dan saat kita saling melihat kartu panitia untuk mencari nama kita.
Saat itu kau pergi. Saat itu aku tetap pada tempatku. Namun pada saat itu aku
tersenyum dan bahagia.
Kita.
Kita. Dan kita. Aku menyebut Kau-dan-Aku adalah kita. Seakan sejak
kebetulan-kebetulan itu terjadi, aku telah punya firasat kita akan pernah
bersama suatu ketika nanti. Alur cerita kecil yang menarik. Dua orang yang
seharusnya tak pernah bertemu malah pernah bersama. Dua orang yang seharusnya
tak pernah bertemu malah semakin dekat. Dua orang yang seharusnya tak pernah
bertemu malah akan sering bertemu nantinya. Dua orang yang seharusnya tak
pernah bertemu itu adalah kita. Kau-Dan-Aku.
Dan
sekarang setelah semua kebetulan-kebetulan itu dan saat-saat itu. Setelah semua
hal yang seharusnya tak pernah terjadi malah terjadi. Setelah aku jatuh dan
melibatkan rasa. Setelah aku percaya pada perasaanku. Aku sadar akan satu hal.
AKU SAYANG KAMU TAHEDE ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar